Kopi Robusta merupakan salah satu jeni kopi yang paling terkenal dan paling sering ditemukan, terutama di Indonesia. Tapi, selain Robusta, sebenarnya ada juga Arabika, Colombia, Typica, dan masih banyak lagi. Namun, dua varian kopi yang paling terkenal dan banyak disukai adalah Robusta dan Arabika. Setiap varian kopi ini memiliki daerah asalnya masing-masing yang juga menghasilkan cita rasa yang unik atau mempunyai ciri khas tersendiri.
Robusta adalah salah satu jenis tanaman kopi dengan nama ilmiah atau nama latin Coffea Canephora. Nama robusta sendiri diambil dari kata “robust“, istilah dalam bahasa Inggris yang artinya kuat atau strong atau pekat. Sesuai dengan namanya, minuman yang diekstrak dari biji kopi robusta memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding jenis kopi arabika.
Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi siap saji (instant) dan pencampur kopi racikan (blend) untuk menambah kekuatan cita rasa kopi untuk disajikan. Selain itu, biasa juga digunakan untuk membuat minuman kopi berbasis susu seperti capucino, cafe latte dan macchiato yang familiar di kedai coffeshop – coffeshop yang mudah dijumpai di berbagai daerah.
Biji kopi robusta dianggap inferior dan dihargai lebih rendah dibanding jenis kopi arabika. Secara global proses produksi robusta menempati urutan kedua setelah jenis kopi arabika. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi robusta terbesar di dunia. Sebagian besar perkebunan kopi di negeri ini ditanami jenis robusta, sisanya jenis kopi arabika, liberika, dan excelsa.
Asal – Usul Tanaman Kopi Robusta
Jenis kopi robusta ini ditemukan pertama kali di negri Kongo pada tahun 1898 oleh ahli botani berkebangsaan Belgia. Robusta merupakan tanaman asli di Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran di awal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.
Pengembangan jenis kopi robusta berawal dari bencana wabah penyakit karat daun atau dengan nama ilmiah Hemileia Vastatrix yang menyerang tanaman kopi. Pada tahun 1878 sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia rusak akibat penyakit tersebut yang terus mewabah. Kemudian Belanda mengganti arabika dengan liberika. Namun pada tahun 1890 kopi liberika juga mengalami penyakit yang sama.
Pada tahun ke 1902 didatangkan jenis kopi robusta dari kebun raya Jardine di Brussel, Belgia. Setelah diteliti tanaman tersebut dipastikan lebih tahan atau kuat terhadap penyakit karat daun yang sedang melansa kala itu. Lalu pada tahun ke 1907 tanaman kopi liberika diganti dengan robusta. Upaya kali ini membuahkan hasil, robusta terbukti memiliki daya tahan yang lebih baik dan cenderung kuat terhadap penyakit karat daun.
Hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia didominasi jenis kopi robusta. Dalam perdagangan komoditas kopi global, Indonesia merupakan penghasil kopi robusta terbesar dunia setelah Negara Vietnam dan Negara Brazil. Lebih dari 80% perkebunan kopi di Indonesia ditanami robusta, sekitar 17% ditanami arabika, sebagian kecil sisanya ditanami oleh jenis kopi liberika dan jenis excelsa.
Pohon kopi robusta memiliki akar yang dangkal oleh karena itu sedikit rentan dengan kekeringan. Tanaman ini sangat memerlukan tipe tanah yang kaya akan kandungan organik untuk menopang pertumbuhan atau perkembangannya. Bila ditanam di dataran rendah, robusta memiliki ketahanan yang jauh lebih baik terhadap penyakit karat daun dibanding jenis arabika.
Daun kopi robusta bentuknya oval dengan ujungnya yang membentuk meruncing. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada bagian batang dan cabang daunnya tumbuh berselang seling, sedangkan pada bagian ranting daunnya tumbuh pada bidang yang sama.
Dari segi ukuran, buah kopi robusta lebih kecil dibanding arabika. Ketika muda kulit buah berwarna hijau dan berubah menjadi warna merah ketika sudah matang. Buah yang telah matang tetap menempel kuat pada tangkainya, tidak rontok seperti kopi jenis arabika. Bentuk bijinya cenderung membulat dan ukurannya lebih kecil dari kopi arabika.